LAPORAN
RESMI PRAKTIKUM
KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
Disusun Oleh
Nama : Sigit Wibowo
NIM :
13/15809/BP
Kelas :
SPKS H
Jurusan : Budidaya Pertanian
Acara VI : Pembuatan Dekomposer
Kelompok : VII
Co. Ass : Rio Agusta
FAKULTAS
PERTANIAN
INSTITUT
PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2014
I.
ACARA
VI :
Pembuatan Dekomposer
II.
TANGGAL : 26
Agustus 2014
III.
TUJUAN :
1.Praktikan diharapkan bisa membuat dekomposer lokal dari bahan
organik.
2.Dapat
mengaplikasikan penggunaan dekomposer yang sudah dibuat.
IV.
TINJAUAN
PUSTAKA
Dekomposer adalah pupuk organik yang diproses melalui pengomposan secara alamiah. Selama ini dilakukan dengan cara yang sangat sederhana yaitu hanya ditumpuk tanpa mempertimbangkan metode
proses dekomposisi yang benar, seperti pembalikan secara rutin bahan kompos, untuk menciptakan sirkulasi
udara yang baik, pengaturan kelembaban dan temperature yang optimum
untuk kelancaran proses dekomposisi, maupun tanpa penambahan inokulan sebagai
bahan dekomposer untuk mempercepat proses dekomposisinya
sehingga pengomposan lebih cepat. Selama ini pengomposan membutuhkan waktu yang
relative lama (minimal 3 bulan). Oleh karena itu,
dengan menggunakan teknologi yang benar dalam
proses pengomposan, diharapkan dapat dihasilkan kompos secara lebih
cepat (maksimal dalam waktu 1 bulan). Bahan dekomposer yang
sudah dikenal antara lain EM 4, Biotama 3, Biang kompos, Super
Degra, Star dec, dan Degra Simba. Bentuk bahan dekomposer
berupa cairan atau dapat juga berbentuk serbuk. Biostarter adalah
cairan yang berisi mikroba pengurai sampah
menjadi kompos. Selain dapat dibeli,
biostarter juga dapat dibuat sendiri dengan cara yang mudah dan murah. Semua jenis
formula EM terdiri atas lima kelompok mikroorganisme,
yakni bakteri fotosintesis, lactobacillus (bakteri asam laktat), actinomycetes, ragi, dan cendawan
fermentasi. EM 4 yang dikembangkan di Indonesia
pada umumnya mengandung lactobacillus. Apabila
diurai, EM 4 terdiri atas 80 spesies dari 10
genus. Beberapa aplikasi aplikasi EM 4 di bidang pertanian
(termasuk perkebunan) membawa segudang manfaat, antara lain
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah,
mempercepat proses fermentasi dalam pembuatan
kompos, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, dapat menekan
aktivitas hama dan mikroorganisme patogen, dan meningkatkan
serta menjaga kestabilan tanaman.
V.
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Ø
Ember
Ø
Saringan
Ø
Kain
kasa atau kain kaos
Ø
Tali
Ø
Pisau
B. Bahan
Ø
Buah
Pepaya yang sudah masak 5 kg
Ø Gula Merah (3-4 ons)
Ø
Air
cucian beras 1 liter
VI.
CARA KERJA
1. Buah
dikupas dan ditumbuk atau diparut agar lebih lumat.
2. Buah
yang sudah lumat kemudian disaring untuk mendapatkan sarinya dan ditampung
dalam ember.
3. Gula
dilarutkan dan dicampurkan dengan sari buah.
4. Dimasukkan
air cucian beras.
5. Setelah
semua tercampur, larutan dalam ember dimasukkan dalam ember dan ditutup dengan
kain kaos kemudian kain diikat agar tidak ada binatang yang masuk.
6. Disimpan
pada tempat yang terkena sinar matahari selama 2 minggu.
7. Bio
Starter telah siap dipakai.
VII.
HASIL
PENGAMATAN
Setelah larutan dibuka , diperoleh hasil:
1. Warna
larutan : kuning agak keruh
2. Bau
larutan : tengik keasaman
3.
Organisme dalam larutan : dalam larutan terdapat organisme seperti
belatung dan terdapat busa-busa putih.
VIII.
PEMBAHASAN
Dalam praktikum pembuatan dekomposer
kita dilatih untuk dapat membuat dekomposer alami dari bahan-bahan yang ada
disekitar kita serta menganalisanya. Bahan yang digunakan sangat mudah didapat
seperti buah nenas atau pepaya (Charica papaya),
air cucian beras atau air nira dan gula merah. Biostarter adalah cairan yang
berisi mikroba pengurai sampai menjadi kompos. Selain dapat dibeli, biostarter
juga dapat dibuat sendiri dengan cara yang mudah dan murah. Dalam praktikum
dekomposer ini kami menggunakan buah pepaya, air cucian beras dan gula merah.
Buah pepaya yang digunakan juga harus yang masak sekali namun tidak begitu
lembek karena banyak mengandung makanan yang nantinya dibutuhkan
mikroorganisme. Kemudian dipakainya air cucian beras dan gula merah karena
mengandung banyak mineral dan zat-zat yang nantinya dibutuhkan oleh mikroorganisme
sebagai energi dalam proses dekomposer. Jasad hidup inilah yang berperan dalam
keberhasilan pembuatan dekomposer tersebut. Pertama, kita membersihkan pepaya
dari bagian kulit dan bijinya agar memudahkan dalam proses penghalusan dan
pemerasan. Pepaya dihancurkan dengan diremas di atas kain kasa yang sudah
diwadahi ember di bawahnya. Pemerasan tersebut sambil dibarengi dengan
pemberian air secukupnya agar sari pepaya yang dihasilkan banyak. Ampas pepaya
dibuang, kemudian air sari pepaya tersebut dicampur dengan air cucian beras dan
gula merah yang sudah dipotong-potong menjadi bagian yang kecil-kecil agar gula
merah cepat larut. Setelah semua bahan tercampur, ember
ditutup rapat dengan karung dan diikat, kemudian disimpan di tempat yang terhindar dari sinar matahari selama 2 minggu. Hal
ini bertujuan untuk menjaga stabilitas suhu dan tercampurnya kotoran dari luar. Setelah 2 minggu karung
yang digunakan untuk menutupi larutan tersebut dibuka dari talinya dan cairan dalam ember
tersebut dipindah ke dalam botol air mineral untuk diamati.
Hasil yang diperoleh adalah cairan dekomposer bewarna orange karena warna buah pepaya yang orange dan berbau ammonia.
Ammonia adalah senyawa kimia berbentuk gas dan memiliki bau yang tajam. Dalam bidang pertanian (termasuk perkebunan) decomposer sangat berguna untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, mempercepat proses fermentasi dalam pembuatan kompos, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, bisa menekan aktivitas hama dan mikroorganisme patogen,
serta meningkatkan dan menjaga kestabilan tanaman. Dari hasil pengamatan yang dilakukan setelah
dua minggu lamanya. Diperoleh hasil yaitu bahwa decomposer yang telah dibuat
menggunakan buah pepaya tersebut memiliki larutan berwarna orange agak keruh
serta berbau tengik keasaman. Selain itu didalam larutan juga terdapat
organisme seperti belatung dan terdapat busa atau buih berwarna putih. Perlu
diketahui bahwa jika larutan berwarna keruh berarti decomposer belum dapat
digunakan atau diaplikasikan ke lapangan. Pengaplikasian baru dapat dilakukan
jika larutan berwarna jernih tidak keruh dan tidak berbau tengik.
IX.
KESIMPULAN
Dari hasil
praktikum tentang pembuatan dekomposer dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
:
1. Dekomposer adalah pengurai bahan
organik yang diproses melalui pencampuran bahan – bahan organik.
2. Dalam praktikum dekomposer kami
menggunakan bahan buah pepaya, air, cucian beras dan gula merah.
3. Hasil dari decomposer tersebut yaitu
cairan berwarna orange agak keruh dan berbau tengik.
4.
Dekomposer dapat menekan aktivitas hama dan mikroorganisme seperti patogen, serta dapat meningkatkan dan menjaga kestabilan tanaman
5. Dekomposer sangat bermanfaat dalam
bidang pertanian termasuk perkebunan antara lain untuk mempercepat proses
fermentasi dalam pembuatan kompos, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman
dll.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2014.Buku
panduan praktikum kesuburan tanah dan pemupukan:
INSTIPER:Yogyakarta
Buringh,P.1993.Pengantar
pengajian tanah-tanah wilayah Tropika dan sub tropika. Terjemahan :
tejoyuwono N. Gadjah Mada Univ.press. : Yogyakarta.
Notohadiprawiro,T.,Soekodarmodjo,S
dan E. Sukana,1997. Pengelolaan Kesuburan Tanah dan peningkatan Efesiensi pemupukan.
Bull.Fak. Pertanian UGM : Yogyakarta.
Rinsema, W.T.1983.Pupuk
dan cara pemupukan. Bhratara Karya Aksara : Jakarta
Schroeder,D. 1983 . Soil-facts and
concept. int. potash institute Bern:
Switzerland.
Yogyakarta, 30 September 2014
Mengetahui
Co. Ass
( Rio Agusta )
|
Praktikan
( Sigit Wibowo )
|
bg makasih yo atas share nya bermanfaan, bg bsa mnjem yg udh di jilid gak :D
BalasHapus